Saturday, February 2, 2008

MENUJU KELUARGA SAKINAH


Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia ada detik-detik yang sangat berkesan di hati, tidak mudah terhapus dari ingatan sepanjang zaman, diantaranya akad nikah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW selalu membaca khutbah hajah pada suasana seperti ini. Bahkan suasana akad ini diperkenangkan untuk diisi dengan suasana yang semarak, dengan memukul rebana, diperdengarkan nasyid-nasyid (nyanyian) yang menggema.

“Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan” (QS.Yasin : 36)

Memang mengucap ijab qobul sangat ringan di lidah, namun pada hakekatnya sangat berat dalam timbangan. Ucapan ijab qobul adalah ikrar, janji setia antara suami dan istri untuk membangun rumah tangga (usroh).

Begitu pentingnya ikrar ini maka Allah menggunakan istilah “mitsaqon gholidho” artinya perjanjian yang kuat, kokoh dan teguh. Istilah tersebut hanya disebut tiga kali dalam Al Qur’an. Pertama, perjanjian antara Allah dan Rasul. Kedua, perjanjian Allah dengan satu ummat. Dan ketiga, perjanian antara seorang suami dan istri. Adanya kesamaan istilah dalan ketiga perjanjian tersebut menunjukkan bahwa akad nikah adalah ikrar yang sakral dan suci.

Oleh karena itu Rasulullah berpesan kepada suami : Takutlah pada Allah dalam persoalan wanita. Karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang berada di bawah kekuasaan kamu, dan kamu ambil mereka itu dengan amanah Allah dan kamu dihalalkan menggauli mereka berdasarkan kalimat Allah.

Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa pernikahan bukan sekedar memenuhi dorongan biologis, tetapi melaksanakan amanah Allah yang akan dipertanggung jawabkan kelak di akhir zaman.

Agar sukses memikul amanah tersebut suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan secara seimbang. Setiap suami mempunyai hak, yang harus dipenuhu oleh istri, sebab itu kewajiban istri. Dan setiap istri mempunyai hak dan hak ini harus dipenuhi oleh suami dan itu kewajiban suami.

Menjadi suami yang baik memiliki posisi tersendiri (khusus) dihadapan Allah. Sehingga perbuatan yang kecil, remeh, dan sepele yng diberikan kepada istrinya dengan tulus ikhlas akan diganjar oleh Allah. “Sesungguhnya seorang suami bila memberi minum air kepada istrinya akan diberi pahala” (HR. Achmad)

Kalau hanya seteguk air saja yang diberikan kepada istrinya dijamin oleh Allah dengan pahala maka bisa dibayangkan besarnya pahala atas pemberian-pemberian lainnya yang jauh lebih berharga dari pada air.

Oleh karena itu jadilah suami teladan. Jangan sekali-kali manjadi suami yang mudah menyia-nyiakan istri. “cukuplah berdosa bagi seorang yang menyia-nyiakan istrinya” (HR. Abu Daud)

Kualitas kesholihan seseorang sangat ditentukan sejauh mana sikapnya terhadap istrinya. Kalau sikapnya terhadap istri baik, maka ia adalah seorang pria yang baik. Sebaliknya jika perlakuan kepada istrinya buruk maka ia adalah seorang pria yang buruk.

Hendaklah kau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri ia pakaian bila engkau berpakaian dan janganlah sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan berpisah darinya kecuali dalam rumah.

“Orang yang paling baik diantara kamu (suami) adalah yang paling baik kepada istrinya dan aku adalah yang paling baik kepada istriku”

sebaliknya istri juga harus berupaya menjadi pendamping teladan yang mampu tampil sebagai pendidik, istri sekaligus ibu.

Pernah Rasulullah betanya kepada seorang wanita tentang sikapnya kepada suaminya. Wanita tersebut menjawab : “segala sesuatu yang sangggup aku kerjakan bagi suamiku aku lakukan, kecuali apa-apa yang tidak sanggup aku lakukan”. Mendengar jawaban itu Rasulullah bersabda “Masukmu ke dalam surga atau neraka itu, bergantung sikapmu kepada suamimu”

Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga dunia dan akhirat. “Bila mana seorang wanita itu melaksanakan sholat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan serta menjaga kehormatan dan menaati suaminya. Maka ia akan masuk surga Tuhannya”.

Demikian unsur ketaatan istri kepada suami, sehingga Rasulullah pernah bersabda “Sekiranya aku menyuruh seorang untuk bersujud kepada orang lain maka aku akan menyuruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami terhadap istri”.

Bahka Rasulullah menjelaskan bahwa derajad seorang wanita sangat ditentukan oleh perilakunya terhadap suaminya. “Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau memandangnya, dan dia menaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan milikmu”.

Wanita sholihah adalah perhiasan dunia yang terbaik. “Jika suami istri melaksanakan kewajiban masing-masing secara timbal balik, pasti akan terwujud rumah tangga bahagia”.

Rumah tangga dalam islam adalah tempat berteduh, tempat terwujudnya suasana sakinah yang disempurnakan dengan mawadah (cinta) dan rahmah (sayang). Sebagaimana ungkapan yang populer “Rumahku adalah surgaku”

Suasana sakinah, mawaddah dan rahmah inilah yang sangat dibutuhkan setiap bayi yang lahir sebagai buah dari perkawinan. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tentram diliputi oleh rasa kasih sayang dan cinta pasti akan menjadi anak yang dewasa, anak yang matang kepribadiannya. Semua potensi yang dimiliki oleh bayi tersebut akan berkembang dengan baik. Tipe anak inilah yang siap menghadapi perubahan dan tantangan zaman.

Sebaliknya bayi yang lahir dari kegelisahan kebencian dan kekejaman dalam rumah tangga akan menjadi anak-anak yang membalas dendam kepada lingkungan pergaulan dimana dia hidup. Akan fatal akibatnya apabila seorang ibu bekerja di luar rumah dan melupakan tugas kodratinya, yaitu memberikan sentuhan kasih sayang secara optimal kepada anaknya.

Anak yang merasakan sentuhan kasih sayang denga sempurna sejak dini akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, cerdas akal, hati dan emosinya. Periang, dan mudah bergaul dengan teman sebayanya, tidak mudah tersinggung. Sebaliknya anak yang kehilangan kasih sayang sejak dini, anak tersebut akan menjadi sulit menyayangi orang lain. Ia kan protes melihat kenyataan hidup yang dihadapi. Oleh karena itu marilah kita beri kesempatan seluas-luasnya kepada anak kita untuk berkembang sesuai dengan dunianya, supaya bisa berdialog dengan alam, sehingga melahirkan sifat siddiq (jujur).

Kalau belakangan ini lahir gagasan dan implementasi tentang pentingnya kembali ke sekolah alam itu adalah fenomena kesadaran yang perlu mendapat acungan jempol.

Banyaknya fenemena perkelahian pelajar yang terjadi akhir-akhir ini diakibatka oleh anak-anak yang dilahirkan dari rumah tangga yang kacau, kering dari rasa cinta dan sayang. Karena itu islam sangat menjaga ketenteranan rumah tangga demi terwujudnya kebahagiaan dunia dan akhirat.

Karena usaha seorang istri dalam mewujudkan suasana terteram, teduh dan diliputi rasa cinta dan sayang dalam rumah tangga itu berat maka islam mewajibkan seorang suami untuk menjadi pemimpin. Bertugas di medan kehidupan yang lebih luas dan menantang. Tugas ini dibebanka oleh Allah berdasarka sifat, watak, dan kejadiannya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bukanlah suami lebih baik dari istrinya atau sebaliknya, tetapi hal itu hanya pembagian tugas dan tanggung jawab.

Istri memusatkan usahanya dalam urusan rumah tangga. Dan suami berusaha di luar rumah. Mereka (istri) adalah pakaian bagi suami. Dan para suami adalah pakaian bagi para istrinya. Dan sebagaimana kita maklumi bahwa pakaian adalah memiliki fungsi menutup aurot dan melindungi badan serta berfungsi sebagsai perhiasan.

Maka setiap suami dan istri hendaknya saling pula berfungsi sebagai penjaga, pelindung kehormatan serta penghias satu sama lain. Ikatan batin antara suami dan istri makin lama makin erat, apabila masing-masing manjalankan hak dan kewajiban dengan baik. Rumah tangga sakinah akan terwujud, tidak saja didukung oleh ketegapan karakter suami, tetapi disinergikan dengan kelembutan istri. Keluarga bahagia adalah perpaduan dari panasnya mawaddah dan sejuknya rahmah.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan untuk kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram dengannya dan dijadikan rasa cinta dan sayang diantara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS.Ar Rum:121)

Akhirul kalam sudah selayaknya kita berharap semoga rumah tangga yang kita bangun diliputi oleh suasana mawaddah dan rahmah. Dilindungi dari segala macam fitnah yang berasal dari syetan dan iblis, dikaruniai keturunan yang sholih dan sholihah.

Reference: Hidayatullah's Buletin

Ayat-Ayat Riba Al-Baqarah 275-281

ٓالََّذِ يْنَ يَأكُـلُوْنَ الرِّ بَوا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَـا يَقُـوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّتُهُ الشَّـيْطَانُ مِنَ المَسِّ ۗ ذ لِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوْاإِنَّمَاالبَيْعُ مِثْلُ الـرِّبَوا وأَحَلَّ اللهُ البَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبواۗفَمَنْ جآءَهُ مَوْعِظَة ٌمِنْ رَّبِّهِ فَانْتَهَىفَلَهُ مَاسَلَفَۗوَأَمْرُهُ إِلىَ اللهِۗوَمَنْ عَادَ فأوْلئـك أَصْحَابُ النَّارِۗهُمْ فِيْهَاخَالِدُوْنَ(٢٧٥)يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَوا وَيُرْبـِى الصَّدَقـَاتِ*واللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَـفـَّارٍ أَثِيْمٍ(٢٧٦)
إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّـالِحَاتِ وَ أَقَامُواالصَّـلآةَ وآتُواالزَّكَـاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ*وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ(٢٧٧)
ياَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْااتَّقُوْاللهَ وَذَرُوْامَابَقِيَ مِنَ الرِّبَوْاإِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ(٢٧٨)
فَاِنْ لَمْ تَفْعَلُوْافَأذَنُوْابِحَرْبٍ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِۚ وَاِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ
اَمْوَالِكُمْۚ لاَتَظْلِمُوْنَ وَلاَتُظْلَمُوْنَ(٢٧٩) وَاِنْ كَانَ ذُوْعُسْرَةٍ
فَنَظِرَةٌاِلَىمَيْسَرَةٍۗ َََََوَاَنْ تَصَدَّقُوْاخَيْرٌلَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ(٢٨٠)
وَاتَّقُوْايَوْمًاتُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَىاللهِۗ ثُمَّ تُوَفَّىكُلُ نَفْسٍ مَّاكَسَبَتْ وَهُمْ
لاَيُظْلَمُوْنَ(٢٨١)


275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
277. Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya akan memerangimu. Dan jika bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak tidak (pula) dianiaya (dirugikan). 280. Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian untuk semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadapa apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup

Komunikasi dan Lidah


Lidah....organ terkecil dari tubuh kita, tapi nahkoda yang mengendalikan seluruh hidup kita. Tergantung bagaimana kita memegang kemudi itu. Jika kita tak bisa mengendalikannya, hancurlah seluruh hidup kita. Satu sumber mata air yang dapat memancarkan kasih dan pahit.
Lidah...lima huruf, tapi memiliki dampak yang sangat radikal. Dia dapat menyakiti, dia dapat juga memberkati orang dengan kata-kata lembutnya. Dia dapat membuat orang menangis, dia dapat juga membuat orang tersenyum. Dia dapat membunuh, dia dapat juga mendamaikan. Dia dapat menimbulkan konflik, dia dapat juga mempersatukan.
Lidah...karena dia, persahabatan yang tak terbina dengan baik bisa hancur dengan kesalahpahaman. Karena dia, sepasang kekasih memutuskan berpisah oleh kurangnya pengertian dan keegoisan satu sama lain. Karena dia juga, suami istri yang tak teguh memegang komitmen hidup akhirnya memutuskan berpisah. Karena dia, para pemuda jatuh dalam lubang kebinasaan. Karena dia, dua suku bangsa dapat bertengkar hanya dipicu satu orang saja. Karena dia, dua negara yang berdamai bisa terpecah belah.
Lidah...dia membuat orang bisa menjadi marah, memfitnah, membunuh, egois, tidak bisa mengerti keadaan orang lain, menang sendiri, acuh tak acuh, sinis, iri hati dan dendam. Tapi lidah juga membuat hati yang beku menjadi hancur, hati yang dipenuhi amarah dapat luluh oleh adanya kata-kata bijak,
Tetapi kadangkala manusia mengabaikan betapa pentingnya komunikasi. Mereka tak pernah berpikir dampak yang kan terjadi bila kata-kata itu keluar dari mulut mereka. Lidah dapat mengeluarkan perbendaharaan yang baik jika dikendalikan oleh nahkoda yang bijaksana pula. Sebaliknya lidah dapat mengeluarkan perbendaharaan yang menyakitkan jika berada di tangan nahkoda yang akhlaknya buruk.
Komunikasi yang terbina dengan baik bisa menjadi akhir yang sangat membahagiakan dan melegakan dahaga di hati. Dua insan yang bertengkar dapat bersatu karena adanya kata-kata yang lembuat keluar dari seorang bijak. Sepasang kekasih yang bertengkar dapat kembali bersatu karena adanya insan yang mendamaikan, meski insan itu menyukai salah satunya. Negara yang sudah tercerai berai dapat bersatu karena adanya kata-kata bijak dari sang diplomat.
Lidah yang baik adalah lidah yang ingin sahabatnya bahagia, dan ingin menghancurkan persahaban itu walau sudah di ujung tanduk; lidah yang berusaha agar kekasihnya dapat kembali lagi padanya, meski sudah tak ada yang dapat dilakukannya; lidah yang ingin agar sahabatnya tersenyum kembali walaupun dia kecewa padanya dan tak ingin menyakitinya. Lidah yang baik adalah lidah yang selalu menyayangi orang lain, meski orang itu melukai perasaannya.
Jadilah lidah-lidah yang memberkati orang-orang di sekelilingmu, nahkoda-nahkoda yang membuat orang lain tersenyum, nahkoda yang memberi ketenangan dan kedamaian....

Jangan Mudah Mengaku Sibuk

“Maaf, saya terlambat memberi kabar. Ada kesibukan yang teramat nyata yang harus saya jalani di kampus. Sekali lagi.. maaf, saya baru sempat. “ kurang lebih SMS itulah yang kubaca dari salah seorang teman SMAku dulu.
Kata-kata yang terangkai dalam SMS itu cukup membuatku geli. Kalimat itu cukup santun, esensi dari kalimat itu pun tak sekali ini aku mendengar ataupun membacanya. Bukan lagi dari 1 atau 2 orang, lebih bahkan…Hmm, dan mungkin aku pun pernah berucap seperti itu, seingatku lebih dari sekali juga..
Ada hal yang menarik, cukup menginspirasi. Kalimat itu mengajakku merenung. Ya, aku sempat tak habis pikir.. pernah diri ini mengaku sibuk, padahal statusku masih mahasiswa. Tentu ucapanku ini belum bersesuaian. Bahkan aku menghakimi diri sendiri karena berucap itu. Kenapa? Karena dalam paradigmaku, kalau saat mahasiswa saja sudah berani mengaku sibuk, maka bagaimana jika sudah bekerja dan berumah tangga?
Berbicara masalah berkeluarga, maka ada dua kosakata yang menjadi kunci, yaitu waktu dan tanggung jawab. Kalau seseorang sudah berkeluarga, bertambahlah amanahnya. Bagi seorang laki-laki, ada amanah untuk menjemput rejeki, menjadi ayah bagi anak-anaknya, menjadi suami bagi isterinya, menjalani profesi pekerjaannya, menjadi anak bagi ayah ibunya, dan jika ia adalah sosok orang yang andil dan berpengaruh terhadap lingkungannya, maka amanah-amanah itu belum masuk hitungan. Ya, begitu pula dengan wanita.
Sekali lagi, aku sampai tak habis pikir, masih berstatus mahasiswa saja sudah berani mengaku sibuk. Sekalipun bukan mahasiswa biasa, dalam arti tak hanya belajar akademik tapi juga non akademik. Tapi itu sungguh bukan alasan bagiku untuk mengaku sibuk. Waktu ku sebagai mahasiswa dengan waktu mereka yang sudah berkeluarga, pun dengan waktu para pemimpin bangsa tetap sama. Sehari 24 jam. Padahal tanggungjawab mereka tentu melebihi diriku.
Jangan mudah berkata sibuk. Karena Rasulullah tidak pernah mengajarkan kita seperti itu. Aku masih bisa membayangkan semulia apa sosok beliau. Dengan berbagai macam amanah dan tanggungjawab yang ada di pundak beliau, tetap, tetap peduli dan selalu melayani. Beliau, seorang pengelola bisnis yang diinvestasikan bunda Khadijah. Beliau lah enterpreneur dengan sifat nabawi:shiddiQ (jujur), amanah (capable), fathanah (smart) dan tabligh (informatif). Beliau, seorang panglima perang, selama 10 tahun di Madinah ada sekitar 300-an detasemen yang beliau bentuk dan berangkatkan. Beliaulah pemimpin negara yang saat menjadi imam shalat, masih sempat bertanya “Di mana si Fulan? Mengapa ia tidak nampak? “. Namun, tetap.beliau begitu tak lalai dalam mengemban amanahnya yang lain, sebagai suami, ayah, teman, dan tetangga. Dan, bandingkan dengan kita, sungguh.. belum seberapa.
“Maaf, saya sibuk “. Ya, tiga kata yang bisa membuat jiwa-jiwa yang mengharap uluran tangan kita menjadi sungkan meminta bantuan kita. Tiga kata yang mampu membuat saudara yang semula ingin berbagi duka dengan kita, kini menjadi enggan karena khawatir makin menyita waktu kita. Inagtkah? Dalam tiap waktu kita, ada hak-hak saudara kita. Dan bisa jadi 3 kata itu menjadi alasan kita untuk lalai memenuhi hak mereka. Tiga kata yang mungkin sering menjadi alasan untuk kita lupa melantunkan bait-bait doa untuk saudara-saudara kita.
Pff, tidak baik jika aku mengeluh dengan mengaku sibuk dan tidak baik jika kepedulian ini merapuh dengan mengaku sibuk। Karena itu, jangan mudah mengaku sibuk, karena masih banyak sisi kehidupan yang belum terjamah. Masih banyak tantangan ummat yang belum terselesaikan. Kerena Islam membutuhkan kontribusi kita lebih besar. Ya, menjadi sebaik-baik hamba yang banyak memberi manfaat. Ya, Totalitas dalam peduli dan melayani.
Oleh Meralda Nindyasti

Mencicipi Nikmatnya Kesusahan


Terkadang kesusahan merupakan hal yang terbaik bagi manusia. Kesusahan seringkali menyadarkan seseorang akan kebesaran Allah dan menyadarkannya akan pentingnya berbagi dengan sesame, lebih-lebih dapat mempererat tali persaudaraan sesame muslim dan saling hormat dan tolong menolong dalam kebaikan.

Di samping itu kesusahan juga dapat menjadi jalan untuk mendekat kepada Allah SWT. Ketika musibah menimpa, keinginan untuk merasa dekat dan selalu mengingat Allah SWT serta kekhusyu’an dalam beribadah pun meningkat secara drastic.
Dalm kesusahaan kita dapat melakukan instropeksi diri, seberapa besar dosa yang telah kita perbuat yang akhirnya berujung pada penyesalan yang mungkin tidak pernah kita rasakan ketika kita hidup dalam kesenangan.

Ketika bergelimang dengan kemewahan kita sering kali kehabisan daya unutk bangkit, kehilangan upaya untuk mencari solusi agar terlepas dari sebuah permasalahan, sehingga tidak tahu harus bersikap bagaiamna.Justru kondisi yang serba susah akan menempa diri kita untuk menjadi sosok yang tegar dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah. Di samping itu, situasi tersebut akan melunakkan hait kita untuk dapat meningkatkan sisi spiritualitas kita.

Pada kondisi seperti ini suara azan akan dapat menggerakkan hati kita unutk mendekat dan memasuki masjid untuk ikut sholat berjama’ah, air wudhu yang membasahi wajah kita akan memberikan kesejukan. Kesejukan tersebut serasa menyelinap sampai ke relung hati melebihi dinginnya es, sehingga dapat menjadi penawar kegerahan, penghilang rasa stress yang menyiksa.

Ketika terdengar sang imam membaca “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”, kita akan tersadar bahwa harta benda yang hilang bukanlah sesembahan yang perlu ditangisi, dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan. Qalbu akan terasa amat sejuk bila kita mengembalikan dan menyrahkan segala sesuatu hanya kepada Nya. Begitu juga ketika mendengar lantunan “ihdina ash-shiratalmustaqiim” kita pun ikut meminta kepadaNya untuk ditunjukkan jalan yang lurus sesuai deangn kehendak Nya, berdasarkan pada keridhaanNya. Seusai sholat pun kita ajukan permohonan yang sangat hingga pada moment itu kita benar-benar sadar bahwa Dialah satu-satunya tumpuhan harapan.

Setelah itu semua, penyesalan pun terungkit seketika, membuat bibir tak mampu berkata. Yang ada hanya isyarat penyesalan, permohonan dan harapan pengampunan. Tetes-tetes bening membasahi wajah ketulusan yang selama ini tidak pernah terjadi. Akhirtnya kita dapat meni’mati kesusahan dengan senantiasa curhat kepada Allah.

Namun, hendaknya kita senantiasa memupuk hubungan kita dengan Allah. Jangan sampai kita mengingat Allah haya ketika dilanda masalah, lalu melupakanNya ketika berada dalam kesenangan. Ingatlah Allah kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Karena biasanya kesusahan selalu membuat orang lupa mengingatnya. Padahal susah dan senang adalah ujian dari Nya bagi para hambaNya.
Jika kesusahan membuat kita ingat pada Allah SWT dan kesenangan membuat kita melupakanNya, bukankan kesusahan merupakan hal yang terbaik buat kita?????

Tapi na’udzubillah kalau suatu kebahagiaan menjadikan kita jauh dari Allah………bukankah begitu…..
SHOLATLAH SHOBAT SEBELUM KAMU DISHOLATKAN…….

Gejolak Hati Yang Menggebu!!!

Hanya untuk Tuhan Yang Esa
Cintakan Allah tiada kecewa
Engkaukan tenang di waktu susah
Kembalilah kepada Tuhan
Dia kan tetap menanti
Kehadiran hambaNya
Yang sebenar pasrahCinta kasih sayangNya tidak bertepi
Lama sudah kulupakan Diri-Mu
Tak tersisa sedikitpun ingatan tentang-Mu...
Kini kurasakan dihatiku
Kehampaan yang teramat sangat...
karena kebosanan dalam epilog kehidupan ini
Dan, kini aku kembali ,kehadapan-MU ya…Robbi…
Ku merindu dimana hari-hariku dekat dengan-Mu
Setelah aku jauh dengan-MU.,setelah ku habiskan umurku
Dalam kegemerlapan cinta dunia semu ,yang tak berarti
sehingga jiwaku gersang …..
Aku bosan dengan kehampaan ini
yang menyelimuti hati dan pikiranku
aku rindu pada-Mu…..ya Robbi..
ku ingin menjadi kekasih-Mu lagi
agar Kau selalu menjagaku
dan aku selalu mencintai-Mu...
Kan ku lawan semua penghalangku
penghalang untuk meraih cinta-Mu kembali
tuk kubawa pulang ke akherat nanti…

AL YAUMUL AAN LANAA……

Pada hari inilah seharusnya kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras kita kepada yang Maha Kuasa. Tanamlah sebanyak mungkin kebaikan, keikhlasan pada hari ini begitu juga jadikanlah setiap menit laksan ribuan tahun dan detiknya ratusan bulan, persembahkanlah sesuatu keabadian, dan ni’matilah hari ini denagn segala kesenangan dan kebahagiaan ! terimalah rezeki, istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan kita dengan penuh keridhaan.

Maka berpegang teguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu ternmasuk orang-orang yang bersykur

(QS. Al-A’raf: 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika kita percaya pada diri sendiri dengan semangat dan tekad yang kuat, maka kita akan dapat menundukkan diri untuk berpegang teguh pada prinsip yang kita pakai yaitu “aku akan hidup hanya hari ini”. Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri kita setiap detik utnuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi, dan mensucikan setiap amalan hanya karena Allah ‘Azza Wajalla.Dan itu juga membuat diri kita berkata dalam hati, “hanya hari ini aku berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja, mengerjakan amalan dunia dan juga tak akan berucap kotor atau yang jorok-jorok, karena tinggal hari ini aku akan hidup”.

Aku hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takaabur, ujub, riya, dan buruk sangka.

Hanya hari ini aku akan menghirup udara kehidupan maka aku akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun.

Aku hanya akan hidup hari ini maka aku akan mengucapkan “wahai masa lalu telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.

“Wahai masa depan, engkau masih dalam kegabaian. Maka aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari tak ada sesuatu. Esok hari mungkin tak akan ada sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan”.

“Hari ini milik kita”, adalah ungkapan yang paling indah dalam kamus kebahagiaan. Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

Yang paling indah untuk hari ini, ber-istighfar-lah atas semua dosa,ingatlah selalu kepada Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam Hari ini milik kita maka jika kita berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari dan jika berada di sore hari janganlah menunggu pagi hari. Hari inilah yang akan anda jalani, bukan hari kemarin kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, serta bukan esok hari yang belum tentu datang. Umur kita mungkin tinggal hari ini, maka anggaplah hidup kita hanya hari ini atau seakan-akan kita dilahirkan hari ini dan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup ini tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan-gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu yang tak mungkin bisa diulang kembali ataupun masa yang akan datang yang belum pasti.